Untuk hati yang masih tak tahu siapa yang ingin dia pilih . . . .
Untuk cinta yang tak tahu untuk siapa dia ada . . .
Untuk perasaan yang tak tahu untuk siapa dia tujukan . . .
(sumber : https://www.destinvacation.com/media/61714m.jpg)
Kenangan yang begitu kuat dari seseorang di masa lalu, yang –katanya- di hatinya sudah tak lagi ada. Namun, setiap mendengar namanya, setiap melihat orang-orang yang bahagia bersama masing-masing pasangannya, setiap mendengar dan melihat pasangan prajurit lainnya, hatinya kembali melirik, hatinya kembali menoleh, kepada orang yang pernah berjanji hidup bersamanya. Dia masih terpaku kepada janji-janji yang diberikan kekasihnya. Namun, dengan dia sadari, dia sendiri yang membuat janji-janji itu terpatahkan. Betapa bodohnya dia yang terlalu berambisi untuk menjadi orang lain. Betapa bodohnya dia yang ingin dengan amat sangat berbahagia dengan kekasihnya, tanpa memerhatikan kondisi kekasihnya sendiri.
Dia hanya gadis naif, yang ingin bahagia seperti gadis lainnya. Ingin merasakan bagaimana masa muda dengan indahnya. Namun, dia bukan gadis yang beruntung. Dia tak pernah mendapatkan apa yang sebenarnya hati mau. Dengan bermodalkan prinsip “tak apa bahagia ini hanya sementara, setidaknya aku pernah merasakan yang namanya bahagia”, dia tak pernah berpikir panjang untuk kebahagiaan masa depannya. Yang dia tahu hanya bagaimana dia bahagia saat ini.
Yang dia inginkan hanyalah bahagia bersama kekasihnya yang sekarang ini. Masihkah bisa dianggap kekasih? Dia telah berpisah entah kapan dia berpisah. Tiga tahun lalu? Ketika kekasihnya merasa gagal menggapai cita-citanya? Atau dua tahun lalu? Ketika dia dengan bodohnya memilih lelaki lain yang notabennya lebih memiliki materi daripada kekasihnya? Atau mungkin satu tahun yang lalu? Ketika dia kembali menghancurkan kepercayaan kekasihnya? Atau mungkin saat ini? Yang dimana hatinya tidak tahu lagi untuk siapa. Hatinya kini tak bisa merasakan cinta yang seperti dulu lagi. Hatinya kini tak yahu apakah dia masih cinta atau apa. Hatinya telah mati rasa. Tapi kenapa seakan-akan ada rontakan kecil, ada teriakan yang mengatakan bahwa dia masih sangat amat ingin bersama kekasihnya. Dia masih sangat amat ingin bahagia bersama kekasihnya. Dia ingin. Sangat ingin. Namun, kesalahannya yang lalu selalu menariknya kembali untuk menekan rasa ingin itu.
Naif memang.
Dia sangat mencintai kekasihnya. Entah kenapa dia melakukan kesalahan-kesalahan itu.
Dia sangat mencintai kekasihnya. Entah kenapa seperti ada tembok besar yang menghalanginya untuk menyadari cintanya itu.
Dia sangat mencintai kekasihnya. Entah kenapa hati kecilnya merasa kekasihnya masih sangat ingin bersamanya.
Dia sangat mencintai kekasihnya. Entah kenapa hatinya berteriak bahwa kekasihnya sudah tidak ingin bersamanya. Tidak ada lagi alasan untuk bisa bersama.
Dia masih sangat mencintai kekasihnya. Dia ingin memberitahukannya. Dia ingin memohon untuk kembali bersama. Namun, dia sadar. Bahwa usahanya akan menjadi sia-sia. Dia tak tahu untuk apa alasan mereka harus bersama lagi. Ketika perasaan dan hati mereka saja, mereka tak tahu apa itu.
Untuk kekasih yang hatinya apakah masih miliknya . . .
Untuk kekasih yang cintanya apakah masih untuknya . . .
Untuk kekasih yang rindunya apakah masih kau tujukannya untuknya . . .
Untuk kekasih, yang masih ragu apakah dia masih layak untukmu atau tidak. Dia hanya gadis naif dan munafik yang masih ingin bersamamu namun malu untuk memberi tahumu. Dia dengan bodohnya selalu menunggumu, walaupun dia tahu kau takkan pernah lagi menginginkannya. Dia sangat ingin memberi tahumu bahwa hatinya selayaknya hanya untukmu, namun dia tahu, dia takkan pernah berani mengatakan itu kepadamu, karena dia tahu, kau takkan pernah percaya itu.
Dia sangat mencintaimu. Dia hanya tidak tahu bagaimana cara untuk terus bersamamu. Dengan caramu menjalani hidup, yang berbanding terbalik dengan hidupnya, dia masih ingin bersamamu. Dia selalu ingin berusaha menjalani hidup bersamamu, dengan caramu. Dia memang selalu gagal, dia selalu saja mengikuti caranya tanpa memikirkanmu. Tapi perlu kau tahu, sampai saat ini, dia selalu belajar bagaimana dan seperti apa yang kamu mau –meskipun terkadang selalu tak sesuai seleramu-. Dia sangat mencintaimu. Dia sangat ingin bersamamu.
Dia . . .
.
.
adalah . . . .
.
.
Aku . . .
.
.
Semoga kamu mengerti maksudku .
.
.
Semoga kamu bahagia selalu, bersama yang kau ingin. Dengan apa yang kau ingin.
.
.
Cintaku, masih milikmu.
Kota Beradat, 15 April 2017
Sabtu, 22:30 WITA
♥AD
0 Response to "Untuk Cinta yang Tak Tahu dimana Rimbanya"
Post a Comment